Tips

Resesi Ekonomi, Usahawan Harus Bagaimana?

24 Nov 2020, Ditulis oleh Bentangku

Resesi Ekonomi, Usahawan Harus Bagaimana?

Indonesia resmi masuk jurang resesi pada awal November 2020 lalu. Hal ini terjadi setelah Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49 persen dan minus 5,32 persen pada kuartal sebelumnya.

Forbes melansir, resesi adalah penurunan signifikan aktivitas ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Para ahli mengatakan, suatu negara masuk jurang resesi ketika produk domestik bruto (PDB)-nya negatif, tingkat pengangguran meningkat, penjualan ritel turun, serta terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama.

Akibat pandemi Covid-19, resesi tak hanya dialami oleh Indonesia. Liputan6.com menyebut, resesi global pada 2020 ini memecahkan rekor yang pernah ada dengan menghantam 92,9 persen negara di dunia.

Resesi 2020 juga dipicu oleh ketidakpastian global yang terjadi sebelum pandemi Covid-19.

Namun jangan khawatir, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, menyebut Indonesia sudah keluar dari gerbang resesi memasuki kuartal III kemarin.

"Kita sudah mulai keluar dari resesi angka dari kontraksi 5,32 persen, kemarin hanya 3,49 persen. Angka ini saya kira sudah bagus," kata Luhut di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (12/11/2020).

Bank Indonesia pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2020 bakal positif.

Pada teorinya, ada sejumlah fenomena yang menjadi penyebab utama resesi menurut Forbes, yakni:

1. Guncangan Ekonomi yang Tiba-Tiba

Guncangan ekonomi seperti ini dapat menimbulkan kerusakan finansial yang serius. Misalnya wabah virus Corona, yang mematikan ekonomi di seluruh dunia adalah contoh terbaru dari guncangan ekonomi yang tiba-tiba.

2. Utang Berlebihan

Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, biaya untuk membayarnya dapat meningkat ke titik di mana pengusaha tidak lagi dapat membayar tagihan.

Meningkatnya utang yang terbayar dan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian.

3. Gelembung Aset

Ketika keputusan investasi didorong oleh emosi, hasil ekonomi yang buruk segera terjadi.

4. Terlalu Banyak Inflasi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi sebenarnya bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.

Inflasi yang tidak terkendali adalah masalah yang terus berlanjut di AS pada 1970-an. Untuk memutus siklus tersebut, Federal Reserve dengan cepat menaikkan suku bunga, yang menyebabkan resesi.

5. Terlalu Banyak Deflasi

Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi bisa membawa dampak lebih buruk. Deflasi terjadi saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga.

6. Perubahan Teknologi

Penemuan teknologi baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode penyesuaian jangka pendek untuk terobosan ini.

Pada abad ke-19, ada gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja. Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit.

Dampak resesi yang perlu diketahui orang khususnya usahawan.

Economic Policy Institute mengungkapkan, resesi bisa berdampak jangka panjang terhadap suatu negara. Setidaknya ada 4 dampak resesi yang dirangkum Qasir dari berbagai sumber.

1. Pengangguran Meningkat

Tidak diragukan lagi, resesi dan tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan berkurangnya kesempatan ekonomi bagi individu dan keluarga. Kehilangan pekerjaan, penurunan pendapatan, dan peningkatan kemiskinan semuanya mengakibatkan kerugian bagi individu dan ekonomi yang lebih luas.

2. Putus Sekolah

Banyak peneliti menyebut pendidikan atau “modal manusia” memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya pencapaian pendidikan bagi generasi muda bangsa, seperti berkurangnya pendapatan keluarga, akan membawa konsekuensi besar pada tahun-tahun mendatang.

3. Produksi Barang dan Jasa Merosot

Ketika hal ini terjadi, PDB nasional akan merosot. Jika tidak diatasi segera, efek domino resesi akan menyebar. Misal naiknya angka kredit macet hingga inflasi atau deflasi.

4. Daya Beli Melemah

Resesi membuat daya beli masyarakat melemah. Banyak orang yang akan kehilangan rumah atau mobil karena tidak mampu membayar cicilannya. Pengusaha pun terpaksa gulung tikar karena penjualan merosot tajam.

Lalu, apa yang harus dilakukan usahawan di tengah hantaman resesi saat ini?

1. Kreatif

Survei yang dilakukan Paper.id berkolaborasi dengan SMESCO dan OK OCE menunjukkan ada dua kelompok sikap pengusaha dalam menghadapi pandemic Covid-19 yang menyebabkan resesi.

Kelompok pertama, pengusaha dengan tingkat optimisme Indonesia bangkit sebelum satu tahun sebanyak 67,32 persen dan di atas setahun sebesar 32,68 persen.

Survei ini dilakukan secara daring dan dikirimkan kepada lebih dari 3.000 UMKM yang ada di 22 provinsi Indonesia

Hasil survei tersebut memberikan gambaran, pengusaha dituntut kreatif dalam menghadapi situasi saat ini.

Mayoritas responden, sebesar 23,93 persen, memilih untuk mencari pasar baru. Sementara itu, 13,44% responden memilih untuk melakukan pivot bisnis atau menjual produk baru.

Mereka mengaku menjual barang-barang yang sedang laku di pasaran, seperti masker atau produk kesehatan. Bahkan, 8,52 persen responden memutuskan melakukan ekspansi bisnis.

Kepala Seksi (KASI) Humas SMESCO Indonesia, Mirah Ayu mengatakan bidang usaha terkait kebutuhan dasar dan Kesehatan memang makin banyak diminati.

“Serta segala usaha berbasis digital baik produk jasa maupun cara penjualannya akan makin banyak diminati seperti Frozen food, minuman herbal, hand sanitizer, masker, serta travel kit untuk menunjang gaya hidup masyarakat yang mobile sepertinya akan paling banyak dicari baik saat dan setelah pandemi,” kata dia dalam siaran persnya kepada Qasir.

2. Tinjau Ulang Model Bisnis

CNN Indonesia melansir, pengusaha juga harus meninjau ulang model bisnis dalam menghadapi resesi.

Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Lusiana Darmawan menyebut pelaku usaha wajib melakukannya. Untuk kamu yang sudah memiliki bisnis berjalan, Lusi menyarankan untuk lebih rajin melakukan peninjauan rencana dan laporan keuangan. Jika biasanya hanya sekali dalam sebulan, kini dapat dilakukan lebih sering.

3. Pegang Uang Tunai

Masih dilansir dari CNN Indonesia, saat resesi, uang tunai atau cash adalah raja. Likuiditas juga tak kalah penting.

"Tight money policy dulu, hanya keluar uang untuk yang penting-penting," kata Perencana keuangan Aidil Akbar.

4. Data Semua Kewajiban

Jangan menganggap remeh kewajiban yang harus dibayarkan atau jatuh tempo. Kamu harus memastikan posisi kas tak mengkhawatirkan.

Oleh karena itu, data semua kewajiban, aset, serta piutang yang belum tertagihkan.

5. Cari Tahu Opsi Bantuan

Ada baiknya kamu mencari tahu bantuan apa saja yang disediakan oleh pemerintah di tengah resesi ini. Misal, kamu bisa tanyakan ke bank atau Lembaga pemberi pinjaman lainnya adakah opsi menunda pembayaran pokok dan bunga cicilan selama pandemi. Jangan ragu juga untuk memanfaatkan subsidi listrik dari pemerintah.

6. Manfaatkan teknologi

Data Badan Pusat Statistik mengungkap, penjualan online di Indonesia naik hingga 480 persen pada April 2020. Tentunya, platform ecommerce atau media sosial menjadi pilihan yang cocok bagi pelaku UMKM, sehingga mampu memangkas biaya operasional.

Ini termasuk juga teknologi dalam mengelola usaha, termasuk melakukan pencatatan transaksi, pembayaran digital, dan laporan secara berkala. Jika kamu pikir hanya usaha besar saja yang memerlukan hal-hal seperti ini, kamu salah besar. Zaman sekarang, fasilitas ini juga sudah bisa didapatkan oleh usahawan mikro seperti kamu. 

7. Gunakan Aplikasi Manajemen

Dengan menerapkan manajemen bisnis yang baik, kamu dapat meningkatkan level usaha. Oleh karena itu, kamu butuh pencatatan bisnis yang benar. Untuk mempermudah pencatatan tersebut, gunakan aplikasi manajemen seperti Qasir.

Caranya mudah, tinggal download aplikasi Qasir, maka kamu akan bisa langsung mendapatkan kemudahan dalam mencatat transaksi, memantau stok produk, melakukan monitor laporan usaha, pembayaran digital dengan QRIS, dan masih banyak lagi. 

Untuk download Qasir GRATIS, klik berikut ini

Namun, usaha pelaku bisnis seperti UMKM tidak akan efektif jika tidak ada dukungan dari konsumen.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, seperti dilansir Detik.com mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian di tengah resesi adalah membeli produk lokal milik usaha kecil menengah alias UMKM.

Masyarakat bisa memulai dari membeli produk-produk yang ada di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, mulailah gencar membeli jualan teman, saudara, ataupun tetangga. Tindakan ini dipercaya mampu menggerakkan sendi perekonomian nasional, apalagi kalau dilakukan secara massal.

Kamu juga bisa membantu UMKM dengan memasukkan atau merekomendasikan UMKM favorit kamu ke portal JagaUMKM.com. JagaUMKM.com adalah portal tempat berkumpunya semua UMKM agar lebih mudah ditemukan oleh para konsumennya. Jika kamu konsumen, kamu juga bisa membeli dagangan mereka dengan mencari UMKM yang terdekat dengan lokasimu, lalu hubungi mereka langsung melalui nomor yang tercantum

Mari bersama-sama kita dukung UMKM untuk terus maju, karena UMKM maju, ekonomi bangsa pun akan maju. 

#Qasir

Baca juga:

 

Share artikel ini